Skip to main content

untuk mama

lagi-lagi saya kesel sendiri. kenapa para emak tega ninggalin anak-anak mereka tapi tetep berkeras mengatakan mereka "kangen"? Apakah boleh ninggal-ninggal anak begitu?




Saya salut dengan mama saya yang baru melanjutkan sekolah lagi setelah adik saya yang bungsu kuliah. Pengorbanan ego yang sangat besar, mengingat sangat tidak gampang untuk mendidik tiga orang anak yang lahir pada waktu yang hampir berbarengan. Saya dan abang saya hanya terpaut 2 tahun, sedangkan dengan adik saya terpaut 3 tahun. Bahkan mama saya sama sekali tidak pernah mau dipindahtugaskan (padahal peluang yang ada sangat banyak)karena menurut pada papa dan tetap tinggal mengajar di sekolah yang sama bahkan hingga kini. Luar biasa. Itu hanya bisa terjadi apabila sudah menikah, dan memang suami menafkahi sepenuhnya. Buat saya ini belum menjadi isu karena saya belum menikah (hingga hampir duapuluhdelapan tahun usia saya), berbeda dengan mama saya yang menikah di usia 24 tahun. Apakah sekarang seorang ibu meninggalkan anak orok untuk diasuh orang lain sementara dia pergi jauh itu sudah dibolehkan oleh norma? (dan oleh suaminya?) Karena sosok ibu yang sempurna seperti mama saya itu sepertinya tidak saya temukan pada ibu-ibu yang "sekolah" di sini, ataupun ibu-ibu muda yang tinggal di Indonesia dan sangat ingin untuk pergi dari Indonesia (bahkan tak apa jika meninggalkan anaknya). Mama saya mengajar, tapi beliau tetap punya waktu untuk bersama anak-anaknya. Saya ingat sekali bagaimana mama saya dulu melarang saya untuk menonton tivi setelah jam 8 malam--karena ternyata tidur awal itu sangat penting untuk anak kecil--, bagaimana tiap pagi mama saya menghangatkan susu sapi asli untuk diminum sepanjang jalan kenangan di mobil menuju sekolah(meskipun kalau beliau tidak lihat susu itu sering saya kasih ke kucing), bagaimana mama melarang untuk main video game kecuali akhir pekan (meskipun kami suka curi-curi main sega :p), atau bagaimana mama saya tidak pernah sekalipun menggunakan tangannya untuk menghukum kami. Semua itu saya ingat jelas, dan terus terang dulu saya kesal sekali kalau mama saya melarang ini itu, namun ternyata itu semua benar... Dan itu tidak akan terjadi kalau mama saya memilih menjadi seseorang yang egois dan haus kekuasaan seperti ibu-ibu jaman sekarang yang tega meninggalkan anaknya. Saya berharap saya tidak menjadi ibu yang seperti itu, karena terus terang saya takut apabila saya ternyata tidak bisa mendidik anak saya nantinya. Semoga saya bisa... Terimakasih mama, Selamat ulang tahun yang ke-55 (4 November 2011) Maaf saya belum bisa memberimu cucu, karena saya belum menikah, tapi kalau kelak saya diberi kesempatan oleh Allah untuk memberimu, saya harap saya bisa menyayang dan mendidiknya seperti engkau. (image from http://hatidanlogika.wordpress.com/2010/05/04/)

Comments

Popular posts from this blog

How to Ghibli?

That time of the year, again. Why can't life be more like Ghibli's aesthetics? It has been a while for me to be in my 30s, and soon I will be turning 40. What will one expect when one turns into a 40-year-old woman?  Why can't life be like Ghibli's slice of life feature films? Why can't we find ideal love like in those movies? 3 years ago today I still can't imagine that I finally found out that my (back then) spouse was a serial cheater, a swinger, and an avid liar. My whole life was crumbled, and my mind went crazy, like literally mad (will tell this someday when I'm ready). And briefly after that, I met a random guy, got married again in such a short time, and have a baby not long after. Back then, no one really cares about how I feel inside, my messed up mind is still there up until now. So, what to do? Seiji and Shizuku in Whisper of the Heart (1995) Source: Whisper of the Heart (https://www.cinemaescapist.com/2014/11/whisper-of-the-heart/ & https:/...

#11: Siblings

 Day 11 of 30 days writing challenge. Siblings You either love 'em unconditionally or hate them occasionally . They share the same blood as you, they're your first friends. And it's not uncommon that you spent your days fighting and quarrelling with them at day and get along again at night. Your parents still mad at you but you already reconciliate with them. A brother and a sister As a middle child, I always stuck in between. My brother and my sister both have strong personalities. When they're fighting it's like a fierceful battle between Dragon Slaying Sabre VS Heavenly Sword --minus maybe they're both a bit antagonistic , none really chivalry. Brother My big bro is an amazing abstract learner. Why I said "abstract"? It's because he never did enjoy the typical learning practices in formal education. But when we're younger, different methods weren't there for children with superb or different qualities. Anyways, he's an avid lear...

Ikhtiar

Ingin sekedar berbagi cerita tentang perjalanan hidup sampai mendapatkan yang dinanti-nanti.  Alhamdulillah dua tahun slowdown karena pandemi membawa berkah. Setahun setelah menikah, kami dianugerahi seorang putri yang sangat kami sayangi. Perjalanan  mendapatkannya bisa dibilang tidak mudah. Akumulasi semua pengalaman sebelumnya, banyak rintangan yang dihadapi. Namun syukurlah Allah memberikan amanah kepada kami sekeluarga.  Berkah Habatussaudah Ternyata hadits Rasulullah tentang keutamaan Habatussaudah atau jinten hitam sebagai obat segala penyakit* benar adanya. Jinten hitam ini adalah faktor pembeda utama, selain suami yang sangat sabar dan waktu di rumah yang lebih panjang karena work from home (wfh) . Setelah menikah dengan suami yang penyabar ini, saya disarankan oleh adik saya untuk berikhtiar dengan cara mengkonsumsi 7 (tujuh) butir Habatussaudah/jinten hitam yang sudah disangrai dan madu setiap hari. Cukup tujuh butir, tidak perlu banyak-banyak karena Habatuss...